Lahir
di sebuah keluarga petani miskin, sejak kecil Mao harus bekerja keras dan hidup
prihatin. Meskipun di kemudian hari keadaan ekonomi keluarganya meningkat,
tetapi kesengsaraan di masa kecil itu banyak mempengaruhi kehidupannya kelak.
Ketika kecil, Mao dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu
kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Tetapi pada usia 13
tahun, ayahnya menyuruhnya berhenti bersekolah dan menyuruhnya bekerja di
ladang-ladang.
Mao memberontak dan bertekad ingin
menyelesaikan pendidikannya sehingga ia nekat kabur dari rumah dan melanjutkan
pendidikannya di tempat lain.
Pada tahun 1905, ia mengikuti ujian
negara yang pada saat itu mulai menghapus paham-paham konfusianisme lama;
digantikan oleh pendidikan gaya Barat. Hal ini menandakan permulaan ketidakpastian
intelektual di Cina.
Pada tahun 1911, Mao terlibat dalam
Revolusi Xinhai yang merupakan revolusi melawan Dinasti Qing yang berakibat
kepada runtuhnya kekaisaran Cina yang sudah berkuasa lebih 2000 tahun sejak
tahun 221 SM. Tahun 1912, Republik Cina diproklamasikan oleh Sun Yat-sen dan
Cina dengan resmi masuk ke zaman republik. Mao lalu melanjutkan sekolahnya dan
mempelajari banyak hal antara lain budaya barat. Pada tahun 1918 ia lulus dan
lalu kuliah di Universitas Beijing. Di sana ia akan berjumpa dengan para pendiri
PKT yang berhaluan Marxis.
Mao dan Partainya
Mao pada tahun 1946 di Yan'an Partai Mao
didirikan pada tahun 1921 dan Mao semakin hari semakin vokal. Antara tahun 1934
– 1935 ia memegang peran utama dan memimpin Tentara Merah Cina menjalani “Mars
Panjang”. Lalu semenjak tahun 1937 ia ikut menolong memerangi Tentara Dai
Nippon yang menduduki banyak wilayah Cina. Akhirnya Perang Dunia II berakhir
dan perang saudara berkobar lagi. Dalam perang yang melawan kaum nasionalis
ini, Mao menjadi pemimpin kaum Merah dan akhirnya ia menangkan pada tahun 1949.
Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, Republik Rakyat Cina diproklamasikan dan
pemimpin Cina nasionalis; Chiang Kai Shek melarikan diri ke Taiwan.
Dalam PKT Mao sendiri sejak tahun 1943
adalah ketua sekretariat partai dan Politbiro tetapi sebenarnya ia mengontrol
seluruh partai sampai ia mati pada tahun 1976. Kepemimpinan mungkin tidak kejam
secara vulgar seperti Stalin tetapi kekerasan kebijakannya dan kelakuannya yang
semau dirinya sendiri membawa rakyat Cina terpuruk ke dalam kehancuran dan
kesengsaraan yang luar biasa.
Falsafah Mao
Mao Zedong di tahun 1936 Mao sebenarnya
bukan seorang filsuf yang orisinil. Gagasan-gagasannya berdasarkan bapak-bapak
sosialisme lainnya seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin dan Stalin.
Tetapi ia banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar
sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek seperti dikerjakan
Mao bisa dikatakan orisinil. Mao bisa pula dikatakan seorang filsuf Cina yang
pengaruhnya paling besar dalam Abad ke 20 ini.
Konsep falsafi Mao yang terpenting
adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada
dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula
sampai akhir.” Model sejarah Karl Marx juga berdasarkan prinsip konflik: kelas
yang menindas dan kelas yang tertindas, kapital dan pekerjaan berada dalam
sebuah konflik kekal. Pada suatu saat hal ini akan menjurus pada sebuah krisis
dan kaum pekerja akan menang. Pada akhirnya situasi baru ini akan menjurus
kepada sebuah krisis lagi, tetapi secara logis semua proses akhirnya menurut
Mao, akan membawa kita kepada sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis. Mao
jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan
kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep
falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah
ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik.
Dalam ilmu pengetahuan semuanya dibagi
berdasarkan konflik-konflik tertentu yang melekat kepada obyek-obyek penelitian
masing-masing. Konflik jadi merupakan dasar daripada sesuatu bentuk disiplin
ilmu pengetahuan. Di sini bisa disajikan beberapa contoh: bilangan negatif dan
positif dalam matematika, aksi dan reaksi dalam ilmu mekanika, aliran listrik
positif dan negatifa dalam ilmu fisika, daya tarik dan daya tolak dalam ilmu
kimia, konflik kelas dalam ilmu sosial, penyerangan dan pertahanan dalam ilmu
perang, idealisme dan materialisme serta perspektif metafisika dan dialektik
dalam ilmu filsafat dan seterusnya. Ini semua obyek penelitian
disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda-beda karena setiap disiplin memiliki
konfliknya yang spesifik dan esensi atau intisarinya masing-masing.
Contoh-contoh yang diberikan oleh Mao
Zedong mengenai 'konflik' dalam disiplin yang berbeda-beda diambilnya dari
Lenin. Beberapa analogi memang pas tetapi yang lain-lain tidak. Bilangan-bilangan
negatif dan positif merupakan sebuah contoh yang buruk mengenai dialektika
marxisme karena perbedaan mereka tidak dinamis: hanya ada bilangan-bilangan
negatif dan positif baru yang bermunculan. Pendapat Mao menjadi meragukan lagi
apabila ia mengatakan bahwa 'konflik'-'konflik' ini merupakan 'intisari'
daripada disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Bilangan negatif dan
positif bukanlah intisari ilmu matematika, begitu pula metafisika dan
dialektika bukanlah intisari dari filsafat. Mao adalah seseorang yang
terpelajar dan pengertian-pengertiannya yang salah bisa diterangkan dari sebab
ia sangat terobsesi dengan konsep konflik ini. Obsesi ini juga mempengaruhi
keputusan-keputusan politiknya seperti akan dipaparkan di bawah nanti.
Konsep Yin Yang mempengaruhi pandangan
falsafi Mao Zedong.
Konsep Mao kedua yang penting adalah
konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham Marxisme. Mao
berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik
dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.
Jika engkau mencari pengetahuan maka
engkau harus terlibat dengan keadaan situasi yang berubah. Jika kau ingin
mengetahui bagaimana sebuah jambu rasanya, maka jambu itu harus diubah dengan
cara memakannya. Jika engkau ingin mengetahui sebuah struktur atom, maka engkau
harus melakukan eksperimen-eksperimen fisika dan kimia untuk mengubah status
atom ini. Jika engkau ingin mengetahui teori dan metoed revolusi, maka engkau
harus mengikutinya. Semua pengetahuan sejati muncul dari pengalaman langsung.
Hanya setelah seseorang mendapatkan
pengalaman, maka ia baru bisa melompat ke depan. Setelah itu pengathuan
dipraktekkan kembali yang membuat seseorang mendapatkan pengalaman lagi dan
seterusnya. Di sini diperlihatkan bahwa Mao tidak saja mengenal paham Marxisme
tetapi juga paham neokonfusianisme seperti dikemukakan oleh Wang Yangmin yang
hidup pada abad ke 15 sampai ke abad ke 16.
Mao dan Kebijakan Politiknya
Mao membedakan dua jenis konflik;
konflik antagonis dan konflik non-antagonis. Konflik antagonis menurutnya hanya
bisa dipecahkan dengan sebuah pertempuran saja sedangkan konflik non-antagonis
bisa dipecahkan dengan sebuah diskusi. Menurut Mao konflik antara para buruh
dan pekerja dengan kaum kapitalis adalah sebuah konflik antagonis sedangkan
konflik antara rakyat Cina dengan Partai adalah sebuah konflik non-antagonis.
Pada tahun 1956 Mao memperkenalkan
sebuah kebijakan politik baru di mana kaum intelektual boleh mengeluarkan
pendapat mereka sebagai kompromis terhadap Partai yang menekannya karena ingin
menghindari penindasan kejam disertai dengan motto: “Biarkan seratus bunga
berkembang dan seratus pikiran yang berbeda-beda bersaing.” Tetapi ironisnya
kebijakan politik ini gagal: kaum intelektual merasa tidak puas dan banyak
mengeluarkan kritik. Mao sendiri berpendapat bahwa ia telah dikhianati oleh
mereka dan ia membalas dendam. Sekitar 700.000 anggota kaum intelektual
ditangkapinya dan disuruh bekerja paksa di daerah pedesaan.
Mao percaya akan sebuah revolusi yang
kekal sifatnya. Ia juga percaya bahwa setiap revolusi pasti menghasilkan kaum
kontra-revolusioner. Oleh karena itu secara teratur ia memberantas dan
menangkapi apa yang ia anggap lawan-lawan politiknya dan para pengkhianat atau
kaum kontra-revolusioner. Peristiwa yang paling dramatis dan mengenaskan hati
ialah peristiwa Revolusi Kebudayaan yang terjadi pada tahun 1966. Pada tahun
1960an para mahasiswa di seluruh dunia memang pada senang-senangnya memberontak
terhadap apa yang mereka anggap The Establishment atau kaum yang memerintah.
Begitu pula di Cina. Bedanya di Cina mereka didukung oleh para dosen-dosen
mereka dan pembesar-pembesar Partai termasuk Mao sendiri. Para mahasiswa dan
dosen mendirikan apa yang disebut Garda Merah, yaitu sebuah unit paramiliter. Dibekali
dengan Buku Merah Mao, mereka menyerang antek-antek kapitalisme dan
pengaruh-pengaruh Barat serta kaum kontra-revolusioner lainnya. Sebagai contoh
fanatisme mereka, mereka antara lain menolak berhenti di jalan raya apabila
lampu merah menyala karena mereka berpendapat bahwa warna merah, yang merupakan
simbol sosialisme tidak mungkin mengartikan sesuatu yang berhenti. Maka para
anggota Garda Merah ini pada tahun 1966 sangat membabi buta dalam memberantas
kaum kontra revolusioner sehingga negara Cina dalam keadaan amat genting dan
hampir hancur; ekonominyapun tak jalan. Akhirnya Mao terpaksa menurunkan
Tentara Pembebasan Rakyat untuk menanggulangi mereka dan membendung fanatisme
mereka. Hasilnya adalah perang saudara yang baru berakhir pada tahun 1968.
Kegagalan Mao
Pada tahun 1958 Mao meluncurkan apa yang
ia sebut Lompatan Jauh ke Depan di mana daerah pedesaan direorganisasi secara
total. Di mana-mana didirikan perkumpulan-perkumpulan desa (komune). Secara
ekonomis ternyata ini semua gagal. Komune-komune ini menjadi satuan-satuan yang
terlalu besar dan tak bisa terurusi. Diperkirakan kurang lebih hampir 20 juta
jiwa penduduk Cina kala itu tewas secara sia-sia
Mao Zedong dan PBB
Mao Zedong memproklamasikan Republik
Rakyat Cina pada tanggal 1 Oktober 1949.
Republik Rakyat Cina semenjak
diproklamasikan oleh Mao pada tahun 1949 tidak diakui oleh Amerika Serikat.
Amerika Serikat tetap mengakui Republik Nasionalis Cina yang semenjak tahun
1949 hanya menguasai pulau Formosa atau Taiwan dan sekitarnya. Cina yang sejak
didirikannya PBB pada tahun 1945 sudah menjadi anggota Dewan Keamanan secara
tetap bersama dengan Amerika Serikat, Britania Raya, Perancis dan Uni Soviet
(Rusia) sebagai pemenang Perang Dunia II, tetap diwakili pula. Cuma yang
mewakili adalah pemerintah nasionalis yang sekarang hanya memerintah Taiwan
saja. Hal ini menjadi aneh sebab Cina daratan yang kala itu berpenduduk kurang
lebih 800 juta jiwa tidak diwakili di PBB; yang mewakili hanya Taiwan saja yang
kala itu berpenduduk mungkin tidak lebih dari 10 juta jiwa.
Maka pada akhir tahun 1960-an presiden
Amerika Serikat, Richard Nixon, mulai mendekati Republik Rakyat Cina dan
akhirnya dengan persetujuan Uni Soviet RRT menjadi anggota Dewan Keamanan PBB
mulai tahun 1972 dan menggantikan Taiwan.
Warisan Mao dan Republik Rakyat Cina
saat ini
Pada tahun 1976 Mao Zedong meninggal
dunia. Setelah itu Republik Rakyat Cina menjadi semakin terbuka. Normalisasi
hubungan diplomatik dengan Indonesia juga terwujud pada tahun 1992. Pada saat
ini Cina tampil sebagai sebuah raksasa yang baru bangun dari tidurnya dan
pertumbuhan ekonomi sangat pesat. Bahkan Cina bisa melampaui Rusia dalam perkembangannya.
Pusta
Chang, jung. Jon halliday. Mao : kisah-kisah yang tak dikatahui. PT
Gramedia Pustakan Utama. Jakarta. 2007.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mao_Zedong